Wisata Kita - Tugu Equator di Pangkalan Lesung Pelalawan

Wisata Kita - Tugu Equator di Pangkalan Lesung Pelalawan
Di Pulau Sumatra, Garis Khatulistiwa (Equator) terdapat di daerah Provinsi Riau dan Sumatra Barat. Di Riau, Garis equator ini memotong daerah Pangkalan Lesung dan Lipat Kain. Sedangkan di Sumatra Barat memotong daerah Koto Alam dan Bonjol.

Bagi Anda yang ingin melihat salah satu equator yang terdapat di Provinsi Riau silahkan datang ke Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan. Disana terdapat sebuah Tugu Equator yang terdapat di Dusun Tua, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Riau. Persis di pinggir jalan lintas timur sumatra. Sekitar ± 56 Km dari Pangkalan Kerinci.

Wisata Kita - Tugu Equator di Pangkalan Lesung Pelalawan

Titik Equator ini pertama sekali ditemukan pada zaman Belanda, pada saat itu dibuat tanda berbentuk besi melingkar yang merupakan gerbang, sekaligus menghubungkan dua desa yaitu Desa Dusun Tua di sisi Timur jalan dan Desa Pangkalan Lesung di sisi Barat jalan. Namun saat ini besi tersebut telah diganti dengan bangunan berbentuk Tugu. Dan di sekitar Tugu juga dibangun taman dan rumah serta masjid, yang berfungsi untuk peristirahatan/melepas lelah bagi wisatawan.

Tugu Equator merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di Kabupaten Pelalawan. Dengan adanya tugu ini menandakan bahwa Pangkalan Lesung merupakan daerah yang dilalui sebagai 'lintasan' matahari dikarenakan efek rotasi bumi. Indonesia merupakan negara yang dilalui garis Khatulistiwa/Equator di sepanjang wilayah darat dan juga laut. 


Wisata Kita - Tugu Equator di Pangkalan Lesung Pelalawan

Wisata Riau - Taman Nasional Tesso Nilo

ukui - tesso nilo

 Taman Nasional Tesso Nilo

Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Riau tepatnya di Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu.  Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan kini Taman Nasional Tesso Nilo menjadi salah satu primadona Wisata Provinsi Riau selain Fenomena Gelombang Bono di Teluk Meranti dan Istana Sayap di Kerajaan Pelalawan yang berada di Sungai Rasau (anak sungai Kampar)

Terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo. Tesso Nilo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah. Selain itu Taman Tesso Nilo juga sebagai tempat  pelestarian habitat harimau Sumatera.
taman nasional tesso nilo - ukui

Masyarakat di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo mempertahankan pohon Sialang dan mengambil madu dari lebah yang ada di pohon sialang  dan menjadikan madu hutan sebagai usaha ekonomi alternatif.

Tahun 2001 Center for Biodiversity Management dari Australia menemukan 218 jenis tumbuhan vascular di petak seluas 200 m2. Sedangkan hasil penelitian LIPI dan WWF Indonesia (2003) dalam petak sample plot berukuran 1 hektar ditemukan 360 jenis yang tergolong dalam: 165 marga dan 57 suku dengan rincian 215 jenis pohon dan 305 jenis anak pohon, sehingga kawasan Tesso Nilo disebut-sebut sebagai hutan yang terkaya keanekaragaman hayatinya di dunia.


Beberapa jenis tumbuhan yang ada di Tesso Nilo merupakan jenis yang terancam punah dan masuk dalam data red list IUCN, seperti Kayu Batu (Irvingia Malayana), Kempas (Koompasia Malaccensis), Jelutung (Dyera Polyphylla), Kulim (Scorodocarpus Borneensis), Tembesu (Fagraea Fragrans), Gaharu (Aquilaria Malaccensis), Ramin (Gonystylus Bancanus), Keranji (Dialium Spp), Meranti (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus spp), Sindora Leiocarpa, Sindora velutina, Sindora Brugemanii, dan jenis-jenis durian (Durio spp) serta beberapa jenis Aglaia spp.

tntn ukuiDari hasil penelitian LIPI (2003) di kawasan Hutan Tesso Nilo juga ditemukan tidak kurang dari 83 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan obat dan 4 jenis tumbuhan untuk racun ikan. Tanaman obat terpenting yaitu jenis Pagago (Centella Asiatica) dan Patalo Bumi (Eurycoma Longifolia).

Pagago sudah dibudidaya masyarakat lokal sedangkan Patalo Bumi belum dibudidaya padahal sering dimanfaatkan sebagai fitofarmaka dan memiliki nilai jual tinggi

Kawasan hutan ini mempunyai daerah yang basah dan kering sehingga memungkinkan untuk berkembangnya kehidupan satwa liar diantaranya Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus), Harimau (Panthera Tigris Sumatrae), Tapir (Tapirus Indicus), Rusa (Cervus Timorensis Russa), Siamang (Hylobathes Syndactylus Syndactylus), Beruang Madu (Helarctos Malayanus Malayanus).

LIPI dan WWF Indonesia (2003) melaporkan bahwa kawasan Tesso Nilo memiliki indeks keanekaragaman mamalia yang tinggi yakni 3,696 jenis yang dijumpai 23 jenis mamalia dan dicatat sebanyak 34 (16,5% dari 206 jenis mamalia yang terdapat di Sumatera) dimana 18 jenis berstatus dilindungi serta 16 jenis termasuk rawan punah menurut IUCN.

Wisata Riau - Taman Nasional Tesso Nilo

Kawasan Tesso Nilo merupakan blok habitat gajah terpenting yang masih ada di Riau. Survei yang dilakukan olek BKSDA Riau dan WWF menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 350 ekor gajah yang masih tersisa di Provinsi Riau, dari jumlah tersebut sebanyak 150-180 ekor berada di Tesso Nilo, Bukit Tiga Puluh dan sebanyak 60-80 ekor berada di Kawasan Tesso Nilo.

Untuk burung tercatat 114 jenis burung dari 28 famili, Total jenis burung yang ditemukan tersebut merupakan 29% dari total jenis burung di Pulau Sumatera yaitu 397 jenis.  Ada satu jenis yang merupakan catatan baru secara ilmiah untuk daerah sebarannya yaitu Kipasan gunung (Rhipidura albicollis) dan ada jenis endemik Sumatera dan Kalimantan dengan sebaran terbatas dihutan pamah, sudah terancam tetapi belum dilindungi yaitu Empuloh Paruh Kait. 
serindit riau

Ancaman yang paling nyata terhadap kawasan Tesso Nilo adalah pembalakan liar dan penjarahan lahan. Pembalakan liar terjadi hampir diseluruh wilayah di dalam Hutan Tesso Nilo. Hal tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi masyarakat di sekitar hutan serta kebutuhan akan kayu yang demikian tinggi ditambah lagi adanya akses ke dalam hutan yang sudah cukup lancar dengan dibangunnya koridor-koridor jalan di dalam hutan oleh bekas HPH dan perusahaan-perusahaan besar seperti RAPP. Pengawasan yang lemah dari instansi pemerintah di bidang ini juga menyebabkan aktivitas pembalakan liar dapat berlangsung dengan leluasa.

Penjarahan dan klaim lahan juga banyak dijumpai di kawasan hutan Tesso Nilo. Pelaku umumnya adalah masyarakat setempat yang kondisi ekonominya terbatas serta memerlukan lahan untuk memperluas kebun dan menggantungkan hidupnya. Namun dijumpai juga adanya masyarakat luar yang ikut melakukan pelanggaran ini dan diindikasikan banyak pejabat-pejabat yang terlibat. Degradasi Hutan Tesso Nilo mengancam kekayaan hayati yang dikandungnya. Kehilangan habitat merupakan faktor utama yang mengancam kelestarian satwa besar seperti gajah dan harimau di kawasan tersebut.

Wisata Riau - Taman Nasional Tesso Nilo


Yang paling menarik adalah pasukan khusus penjaga kawasan dari ancaman gajah liar dan aksi perambahan hutan yang dinamakan Flying Squad.  Pasukan yang terdiri atas beberapa ekor gajah dewasa ini secara rutin melakukan patroli ke dalam hutan setiap harinya.

Mengarungi Sungai Nilo dengan menggunakan perahu dan menyusuri lebatnya hutan di kawasan tersebut bersama pasukan patroli gajah dapat memberikan gambaran kepada siapa saja, bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan segenap penghuni hutan, asalkan ada kearifan di balik semua yang dilakukan.



Pengunjung yang ingin memacu andrenalinnya dapat turut serta secara langsung menggiring gajah-gajah liar ke habitatnya. Di areal hutan ini pengunjung dapat menjumpai jejak-jejak harimau Sumatera atau satwa liar lainnya, seperti Tapir, Beruang, Macan Dahan dan lainnya

 
Wisata Riau - Taman Nasional Tesso Nilo



Berwisata Melihat Gelombang Bono

Gelombang Bono
Gelombang Bono yang menawan merupakan fenomena yang cukup langka hanya dapat ditemui di beberapa Negara tertentu saja di dunia ini. Diantaranya Brazil, Cina dan Indonesia (Teluk Meranti).

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan Peselancar dan Gelombang Bono, dapat menggunakan jasa transportasi yang disediakan masyarakat  Teluk Meranti  dengan tiket seharga Rp. 30.000, kemudian masyarakat dibawa ke Tanjung Sesenduk untuk melihat fenomena alam ini lebih dekat lagi menggunakan kapal motor, masyarakat sendiri dapat langsung merasakan dan menyaksikan keunikan Gelombang Bono.

Pada malam harinya masyarakat dan pengunjung baik yang datang dari dalam daerah maupun luar kabupaten Pelalawan disuguhi dengan adanya Pagelaran Seni Budaya yang ditaja oleh Dinas BUDPARPORA Kabupaten Pelalawan. Pagelaran tersebut dipersembahkan oleh kecamatan-kecamatan  yang ada di Kabupaten Pelalawan, seperti Tradisi Pengobatan Belian, Tari Tradisional  Bekayat, Drama, Joget Dangkong, Lukah Gilo serta Permainan Rakyat seperti Kedao, Main Sarung dan lain-lain.

Pengunjung yang ingin menyaksikan Bono bisa melihatnya dibeberapa tempat diantaranya: 

1.      Pantai Ogis, dimana tempat ini paling ramai dikunjungi.
2.      Anjungan Pantau Bono.
3.      Tanjung Sesenduk
4.      Tanjung Sebayang.

Gelombang Bono

Tempat tersebut merupakan lokasi posisi strategis, dimana masyarakat dapat menyaksikan Gelombang Bono datang sekaligus memecah.

Dari hasil kajian fenomena Bono di Muara Sungai Kampar dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut ini :

  1. Bono merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh gelombang pasang surut yang bertemu dengan arus Sungai (S. Kampar). Kondisi muara yang berbentuk ’V’ (corong) memungkinkan pertemuan kedua macam arus tersebut membangkitkan terbentuknya Bono. Gelombang Bono termasuk dalam kategori Tidal Bore, yang menjalar menuju ke hulu sampai di Tanjung Pungai (sekitar 60 km dari muara). 
  2. Bono mulai terbentuk dan membesar di kanan kiri Pulau Muda, akibat penyempitan alur sungai karena adanya pulau (P. Muda) di tengah-tengah alur sungai. Bono terbesar terjadi di Tanjung Perbilahan, yang terbentuk karena bertemunya Bono yang sudah terbentuk di kanan-kiri Pulau Muda. 
  3. Fenomena Bono dapat dianalogikan dengan loncat air tipe undular pada kondisi stasioner. Dari literatur disimpulkan bahwa terjadi kenaikan tegangan geser di bawah 15 gelombang yang paling depan, sehingga Bono berpotensi mengangkut sedimen ke hulu. 
  4. Akibat transpor sedimen yang besar oleh Gelombang Bono, berakibat pada perubahan morfologi sungai, berupa pendangkalan di beberapa lokasi di alur sungai dan perubahan garis pinggir sungai di sekitar Pulau Muda dan di sekitar Muara Anak Sungai Serkap.
  5. Dari kajian data salinitas, diperlihatkan meningkatnya salinitas di sekitar Pulau Muda dan di Sei Serkap beberapa saat setelah pasang tinggi (terbentuknya Bono). Salinitas tertinggi terjadi di Pulau Muda sekitar 3 jam setelah elevasi air pasang di Muara Sungai, sedangkan salinitas tertinggi di Sei Serkap terjadi sekitar 1 jam sesudahnya.

Gelombang Bono
 Gelombang Bono




Wisata Riau - Fenomena Gelombang Bono

Fenomena Gelombang Bono - Terletak di Desa Teluk Meranti, sepanjang Sungai Kampar, Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. 

Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan, dan kegiatan lainnya.
 


Wisata Riau - Fenomena Gelombang  BonoBono adalah ombak besar yang dihasilkan dari pertemuan air sungai dari hulu dan bertemu dengan air laut di muara, karena perbedaan tekanan atau pasang surut air laut dan aliran air sungai dari hulu mengakibatkan pembentukan ombak besar diwilayah muara sungai menuju ke arah hulu. Bagi masyarakat lokal, mitos bono adalah sebagai karunia Tuhan dan maysarakat saat ini tidak boleh untuk berdekatan dengan  bono apalagi melintasinya. Saat ini, bono dijadikan tempat surfing bagi masyarakat Indonesia dan manca negara karena kualitas ombaknya. Pariwisata Bono adalah pariwisata khusus yang menarik di Riau dan berlokasi di Sungai Kampar, Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. 
Bono merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh gelombang pasang surut yang bertemu dengan arus Sungai Kampar. Kondisi muara yang berbentuk ’V’ memungkinkan pertemuan kedua macam arus tersebut, yaitu arus pasang dan arus sungai dari hulu, membangkitkan terbentuknya Bono. Gelombang Bono termasuk dalam kategori Tidal Bore, yaitu fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air dimana gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang bersifat merusak. Tidak semua muara sungai ataupun teluk bisa membangkitkan gelombang pasang semacam Bono.

Gelombang Bono tersebut menjalar ke hulu dengan kecepatan sekitar 40 – 50 km/jam, sehingga akan sampai di Tanjung Perbilahan, yang berjarak sekitar 42 km dari muara, 1 jam setelah waktu pada saat puncak pasang tertinggi di muara. Dari Tanjung Perbilahan, Bono menjalar terus ke hulu sampai ke Teluk Meranti. Kondisi alur sungai di Teluk Meranti membelok ke utara, yang berakibat Bono yang sampai ke Teluk Meranti sebagian dibelokkan ke utara, sebagian lagi menerjang pantai Teluk Meranti. Bono yang membelok ke utara akan semakin mengecil sampai di Tanjung Pungai. Sedangkan Bono yang menerjang Pantai Teluk Meranti, sebagian air melimpas menggenangi daratan Teluk Meranti, sebagian lagi dipantulkan kembali ke hilir. Bono hasil pantulan ini sering menelan korban perahu motor/kapal, karena pengemudi perahu tidak menduga ada gelombang Bono yang berasal dari hulu.

Wisata Riau - Fenomena Gelombang  Bono

Fenomena alam satu ini sangat menarik, terletak di kabupaten Pelalawan sebuah kabupaten di Provinsi Riau tepatnya di daerah Teluk Meranti. Asal kata bono yang berarti benar digunakan untuk merujuk gelombang yang ada di sungai kampar. Gelombang-gelombang yang terjadi di hilir sungai kampar yang terjadi seperti ombak di lautan pada umumnya. Gelombang-gelombang ini terjadi secara alami dari daerah laut menuju ke dalam arah sungai dan terjadi secara terus menerus hanya saja besar kecil gelombangnya saja yang berbeda.

Berbagai mitos dan cerita yang disebutkan tentang bono, ada yang diceritakan bono berasal dari 7 mahluk halus yang digunakan untuk menjaga aliran sungai kampar dari bajak laut, dan cerita-cerita masyarakat lainnya tentang bono tersebut. Dari cerita-cerita tersebut keberadaan bono cukup disakralkan masyarakat di tambah cerita tentang keberadaan kerajan mahluk halus yang berada disekitar bono tersebut. Mahluk halus oleh masyarakat disebut dengan orang bunian, bagi sebagian masyarakat meyakini bahwa mahluk halus ini mempunyai kerajaan gaib yang berada disekitar aliran sungai kampar.

Bono pada awalnya dianggap sebagai ombak yang menakutkan, tetapi pada saat ini gelombang bono telah dimanfaatkan sebagai ajang permainan selancar. Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai Bulan Besar atau Bulan Purnama. Biasanya gelombang Bono atau Ombak Bono yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut. Sudah banyak para peselancar atau Surfers yang mencoba mengarungi gelombang dari bono tesebut dan kelihatannya mereka sangat menikmati permainan air dari gelombang tersebut.
Gelombang  Bono

Gelombang air yang unik memberikan daya tarik tersendiri, biasanya para peselancar melakukannya di laut tetapi selancar bono dilakukan di sungai. Mungkin fenomena alam ini tidak beberapa ada di dunia dan salah satunya ada di sini tepatnya di Hilir Sungai Kampar di Daerah Teluk Meranti. Mungkin anda seorang peselancar atau anda orang yang suka menikmati eksotika dan fenomena alam kalau anda tertarik silahkan datang langsung menikmati fenomena alam yang luar biasa ini.

Fenomena Alam Bono yang berupa gelombang di Sungai Kampar, dahulunya ditakuti masyarakat yang ada di aliran sungai Kampar, ternyata menjadi fenomena yang menyenangkan bagi beberapa orang dari manca Negara yang gemar melakukan aktifitas surfing sekaligus membuktikan bahwa gelombang ini mampu ditaklukan dan dapat menjadi sesuatu yang mengasyikan bukan hanya dilihat melainkan dimainkan dengan menggunakan papan seluncur.

Kegiatan Bono Surfing telah dilakukan beberapa kali, hingga menarik minat para surfer lainnya untuk turut merasakan gelombang bono yang menurut mereka cukup dahsyat ini. Bahkan ada beberapa diantaranya yang merupakan surfer dunia yang telah mencobanya sendiri.

Wisata Riau - Sejarah Istana Sayap Pelalawan

Istana Sayap Di Pelalawan


Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang berdiri di Provinsi Riau. Kabupaeten Pelalawan merupakan pemekaran dari kabupaten kampar. Nama Pelalawan berasal dari sebuah desa kecil di pinggirana kuala kampar yang bernama pelalawan. Itulah asala muasal nama dari kabupaten Pelalawan.

Dahulu pada zaman kerajaan di kabupaten Pelalawan terdapat juga sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Pelalawan. Hal itu bisa di buktikan dengan adanya bangunan isatana di desa Pelalawan yang bernama Istana Sayap.

Wisata Riau - Sejarah Istana Sayap Pelalawan
ISTANA SAYAP pada awalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886 – 1892 M). Namun sebelum bangunan itu selesai, beliau mangkat lebih dahulu. Dan beliau mendapat gelar Marhum Mangkat di Balai. Selanjutnya pembangunan Istana ini diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II (1892 – 1930 M).

Pada awalnya pusat kerajaan Pelalawan berada di Sungai Rasau (anak sungai Kampar), yang berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Ketika Tengku Sontol Said Ali menjadi Sultan Pelalawan, beliau berazam memindahkan istananya dari sungai Rasau ke pinggir sungai Kampar, tepatnya di muara sungai Rasau yang disebut “Ujung Pantai”. Karenanya, istana ini dinamakan pula “ISTANA UJUNG PANTAI”.

Namun ketika Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan istana yang masih terbengkalai karena mangkatnya Sultan Tengku Sontol Said Ali, maka beliau membangun dua sayap disamping kanan dan kiri istana, yang dijadikan Balai. Maka istana inipun dinamakan “ISTANA SAYAP”.

Bangunan di sebelah kanan istana (sebelah hulu) disebut “Balai Sayap Hulu” yang berfungsi menjadi kantor Sultan”, sedangkan bangunan di sebelah kiri Istana (sebelah hilir) dinamanakan “Balai Hilir” yang berfungsi sebagai “Balai Penghadapan” bagi seluruh rakyat Pelalawan.

Sekitar tahun 1896 M bangunan istana Sayap selesai seluruhnya, dan Sultan Syarif Hasyim II berpindah dari Istana Kota Dekat di sungai Rasau ke Istana Sayap di Ujung Pantai. Sejak itu, pusat pemerintahan kerajaan Pelalawan menetap di pinggir sungai Kampar yang sekarang menjadi Desa Pelalawan, dan Ibukota Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan.

Untuk mengenang jasa Sultan Syarif Hasyim II yang memindahkan pusat pemerintahan kerajaan Pelalawan dari sungai Rasau ke pinggir sungai Kampar dimaksud, ketika mangkatnya beliau digelar “MARHUM KAMPAR II. (Marhum Kampar I adalah Sultan Mahmud Syah I, Sultan Melaka terakhir yang mangkat di Pekantua Kampar 1528 M).

Jasman'jey' ijas ; dari berbagai sumber.............
pasang