Home » , , » Berwisata Melihat Gelombang Bono

Berwisata Melihat Gelombang Bono

Gelombang Bono
Gelombang Bono yang menawan merupakan fenomena yang cukup langka hanya dapat ditemui di beberapa Negara tertentu saja di dunia ini. Diantaranya Brazil, Cina dan Indonesia (Teluk Meranti).

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan Peselancar dan Gelombang Bono, dapat menggunakan jasa transportasi yang disediakan masyarakat  Teluk Meranti  dengan tiket seharga Rp. 30.000, kemudian masyarakat dibawa ke Tanjung Sesenduk untuk melihat fenomena alam ini lebih dekat lagi menggunakan kapal motor, masyarakat sendiri dapat langsung merasakan dan menyaksikan keunikan Gelombang Bono.

Pada malam harinya masyarakat dan pengunjung baik yang datang dari dalam daerah maupun luar kabupaten Pelalawan disuguhi dengan adanya Pagelaran Seni Budaya yang ditaja oleh Dinas BUDPARPORA Kabupaten Pelalawan. Pagelaran tersebut dipersembahkan oleh kecamatan-kecamatan  yang ada di Kabupaten Pelalawan, seperti Tradisi Pengobatan Belian, Tari Tradisional  Bekayat, Drama, Joget Dangkong, Lukah Gilo serta Permainan Rakyat seperti Kedao, Main Sarung dan lain-lain.

Pengunjung yang ingin menyaksikan Bono bisa melihatnya dibeberapa tempat diantaranya: 

1.      Pantai Ogis, dimana tempat ini paling ramai dikunjungi.
2.      Anjungan Pantau Bono.
3.      Tanjung Sesenduk
4.      Tanjung Sebayang.

Gelombang Bono

Tempat tersebut merupakan lokasi posisi strategis, dimana masyarakat dapat menyaksikan Gelombang Bono datang sekaligus memecah.

Dari hasil kajian fenomena Bono di Muara Sungai Kampar dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut ini :

  1. Bono merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh gelombang pasang surut yang bertemu dengan arus Sungai (S. Kampar). Kondisi muara yang berbentuk ’V’ (corong) memungkinkan pertemuan kedua macam arus tersebut membangkitkan terbentuknya Bono. Gelombang Bono termasuk dalam kategori Tidal Bore, yang menjalar menuju ke hulu sampai di Tanjung Pungai (sekitar 60 km dari muara). 
  2. Bono mulai terbentuk dan membesar di kanan kiri Pulau Muda, akibat penyempitan alur sungai karena adanya pulau (P. Muda) di tengah-tengah alur sungai. Bono terbesar terjadi di Tanjung Perbilahan, yang terbentuk karena bertemunya Bono yang sudah terbentuk di kanan-kiri Pulau Muda. 
  3. Fenomena Bono dapat dianalogikan dengan loncat air tipe undular pada kondisi stasioner. Dari literatur disimpulkan bahwa terjadi kenaikan tegangan geser di bawah 15 gelombang yang paling depan, sehingga Bono berpotensi mengangkut sedimen ke hulu. 
  4. Akibat transpor sedimen yang besar oleh Gelombang Bono, berakibat pada perubahan morfologi sungai, berupa pendangkalan di beberapa lokasi di alur sungai dan perubahan garis pinggir sungai di sekitar Pulau Muda dan di sekitar Muara Anak Sungai Serkap.
  5. Dari kajian data salinitas, diperlihatkan meningkatnya salinitas di sekitar Pulau Muda dan di Sei Serkap beberapa saat setelah pasang tinggi (terbentuknya Bono). Salinitas tertinggi terjadi di Pulau Muda sekitar 3 jam setelah elevasi air pasang di Muara Sungai, sedangkan salinitas tertinggi di Sei Serkap terjadi sekitar 1 jam sesudahnya.

Gelombang Bono
 Gelombang Bono




pasang